Connect with us

Lifestyle

China: Perempuan Semarang yang Pernah Jadi Ibu Negara

Published

on

China pernah memiliki seorang ibu negara berdarah Indonesia. Wanita itu bernama Oei Hui-lan asal Semarang yang lahir pada 21 Desember 1889.

Ayah Oei, Raja Gula Dunia asal Semarang, dikenal dalam memoir Oei Hui Lan: Kisah Putri Sang Raja Gula sebagai sosok penuh pesona dan kejayaan.

Oei terlahir dengan paras cantik dan punya segala hal berkat pemberian Ayahnya. Rumahnya di Semarang seluas 80 hektar, lengkap dengan villa pribadi dan paviliun yang mewah.

Luasnya jaringan pertemanannya yang membuat bisa berkenalan dengan keluarga Kerajaan Inggris dan politisi China yang mengubah perjalanan hidupnya. Salah satunya bernama Wellington Koo.

Ibu Negara
Perkenalan Hui Lan dengan Wellington Koo pun bermula dari situasi tersebut, di tengah kehidupan baru yang ia jalani di London setelah perpisahannya dengan sang suami.

Sementara itu, Koo adalah duda yang jadi diplomat mewakili China. Posisi Koo saat itu adalah orang terpenting kedua di China.

Dalam Makers of the Modern World: Wellington Koo (2008) dijelaskan, dia kerap membuat kebijakan dan memimpin langkah diplomasi China di dunia. Salah satu kiprahnya jadi salah satu pembentuk Liga Bangsa-Bangsa.

Setelah merasa cocok, Oei Hui Lan dan Wellington Koo menikah di Brussel pada 1921. Setahun kemudian, jabatan Koo naik menjadi Menteri Luar Negeri dan Menteri Keuangan China.

Pada masa-masa ini, Hui Lan resmi menjadi istri pejabat dan mencapai puncaknya pada 1926. Setelah Presiden China, Sun Yat Sen wafat, Koo lantas menjadi pelaksana tugas Presiden Republik China, yang lantas membuat Oei Hui Lan praktis jadi ibu negara.

Dia bercerita di memoarnya kalau sang suami selalu mengawal eksistensi Republik China dengan menggalang dukungan di seluruh dunia. Kemanapun suaminya pergi, Oei Hui Lan berada di sisinya sebagai pendamping sampai berhenti menjabat pada 1927.

Setelah tak lagi jadi ibu negara, Hui Lan tinggal bersama suaminya di berbagai kota. Mulai dari Shanghai, Paris, hingga London.

Singkat cerita, hubungan keduanya berakhir perceraian pada 1958. Setelahnya Oei Hui Lan tinggal di New York untuk membesarkan ketiga anaknya.

Akan tetapi dia tidak melupakan Indonesia. Dia tercatat pernah berbisnis di Indonesia. Mengacu paparan Sam Setyautama dalam Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia (2009), pada 1986 Hui Lan berbisnis kapal, tembakau dan sepeda di Indonesia, tetapi semuanya gagal.

Kiprah perempuan berdarah Semarang itu berhenti pada 1992 usai meninggal dunia di New York. Kota yang berjarak 16.000 km dari Tanah Air-nya.

Baca juga: https://usmtv.id/pemerintahan/?amp=1

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *