Education
Cerita Dany, Atlet Kempo yang Berhasil Raih Beasiswa LPDP

Semarang (usmnews) – Pratama Dany Prihandoko membuktikan bahwa perjalanan hidup seorang atlet tidak berhenti di atas matras pertandingan. Mantan atlet kempo ini berhasil menembus dunia akademik dengan meraih beasiswa prestisius LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan), setelah sebelumnya mengukir prestasi emas di berbagai kejuaraan nasional dan internasional.
Memulai Perjalanan dari Dojo Kecil
Dany memulai perjalanannya di dunia kempo sejak tahun 2004, saat ia masih duduk di bangku SMP. Ia nekat berlatih diam-diam karena khawatir orang tuanya tidak mengizinkan. Latihan pertama membuatnya pucat dan muntah, namun semangatnya tak surut. Setelah berhasil meraih medali emas dalam kejuaraan antar-dojo, ia akhirnya mendapatkan restu dari orang tua.
Bersinar di Panggung Internasional
Pada tahun 2009, Dany mencetak prestasi internasional pertamanya sebagai runner-up Kejuaraan Dunia Sabuk Hitam Dan-1 di Bali. Setahun kemudian, ia masuk tim nasional dan bertanding di SEA Games 2011. Saat itu, Dany masih menempuh studi S1 di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Meskipun IPK-nya sempat turun drastis hingga menyentuh angka 1,7, ia berhasil menyelesaikan studi dan lulus pada tahun 2014 sebagai Sarjana Pendidikan.
Di SEA Games 2011, Dany mempersembahkan medali emas pada nomor pasangan putra. Ia kembali berjaya dengan medali emas di nomor beregu putra pada SEA Games 2013 di Myanmar. PON 2016 menjadi laga penutup kariernya sebagai atlet.
“PON sudah, SEA Games sudah, Kejuaraan Dunia juga sudah. Apa lagi yang harus saya capai?” ungkap Dany.
Menemukan Tujuan Baru Lewat Pendidikan
Setelah pensiun sebagai atlet, Dany memilih jalur pendidikan untuk tetap memberi manfaat bagi banyak orang. Ia mengajukan proposal beasiswa LPDP dengan topik pencegahan diabetes melalui aktivitas fisik. Meski sempat gagal dalam seleksi awal, Dany tidak menyerah dan mencoba lagi hingga akhirnya berhasil lolos.
Pada tahun 2019, Dany berangkat ke Inggris untuk menempuh studi magister di University of Edinburgh, mengambil jurusan Physical Activity for Health. Ia memilih jurusan tersebut karena pengalaman pribadi yang menyadarkannya akan pentingnya olahraga dalam menjaga kesehatan.
“Jadi atlet itu tidak berhenti di pertandingan. Banyak yang lupa menang dalam hidup. Pendidikanlah yang membantu saya menyadari transisi itu,” tutur Dany.
Kembali dan Mengabdi Lewat Olahraga
Setelah menyelesaikan studinya, Dany kembali ke Indonesia dan bergabung dengan platform kesehatan digital. Tak lama kemudian, ia menerima tawaran dari KONI DKI Jakarta sebagai pelatih sekaligus sports program specialist. Kini, ia memimpin persiapan tim PON DKI Jakarta untuk tahun 2028.
“Jadi pelatih stresnya lebih tinggi daripada jadi atlet. Waktu jadi atlet saya tidak pernah kena maag, tapi sekarang sering minum obat lambung,” candanya.
Dany menjalani peran barunya dengan penuh tanggung jawab. Ia tak hanya melatih, tetapi juga menjadi mentor, kakak, bahkan sosok orang tua bagi anak didiknya. Ia menganalogikan proses pembinaan atlet seperti menempa pedang—memilih material terbaik, membentuknya, dan mengasah hingga mencapai performa puncak.
Misi Masa Depan: Bangun Olahraga Kesehatan di Daerah
Dany menargetkan anak didiknya meraih juara umum pada PON 2028. Selain itu, ia memiliki mimpi untuk mengembangkan olahraga kesehatan, khususnya kempo, di kampung halamannya di Sukabumi.
Melalui transisi dari atlet ke akademisi dan kini pelatih, Dany menunjukkan bahwa dedikasi dan semangat belajar dapat membuka banyak pintu, bahkan setelah masa keemasan atlet berakhir.