Connect with us

Entertainment

Bukan Sekadar Remake: Keresahan Nia Dinata di Balik Lahirnya Kembali “Berbagi Suami”

Published

on

Semarang (usmnews) – Dikutip dari detikpop Sutradara ternama Nia Dinata kembali mengambil langkah berani dengan memutuskan untuk memproduksi ulang (remake) karya fenomenalnya, Berbagi Suami. Keputusan ini bukan didasari oleh keinginan untuk sekadar bernostalgia, melainkan dipicu oleh sebuah kegelisahan sosial yang mendalam. Nia menyoroti bahwa di era digital yang serba canggih ini, isu-isu seputar poligami dan ketidakadilan gender bukannya mereda, melainkan justru mengalami eskalasi yang mengkhawatirkan. Dalam pandangan Nia, situasi saat ini jauh lebih pelik dibandingkan saat film pertamanya dirilis dua dekade lalu. Jika dahulu praktik poligami dan isu gender cenderung tertutup dan tabu, kini fenomena tersebut hadir secara gamblang di ruang publik. Dalam acara pertemuan media di kawasan Matraman, Jakarta Pusat, pada Rabu (19/11/2025), Nia mengungkapkan keresahannya melihat bagaimana masyarakat seolah-olah telah menormalisasi hal-hal yang merugikan perempuan tersebut, menganggapnya sebagai sesuatu yang lumrah dan biasa saja.

Objektifikasi dan Cengkeraman Kapitalisme, lebih jauh lagi, Nia Dinata membedah akar permasalahan ini dari sudut pandang struktural. Ia melihat adanya korelasi kuat antara sistem kapitalisme dan ketidaksetaraan gender yang kian meruncing. Menurutnya, tekanan ekonomi dan sistem pasar saat ini secara tidak langsung “mendesak” perempuan untuk terus-menerus berada dalam posisi yang terobjektifikasi. Perempuan masa kini, menurut pengamatan Nia, sering kali terjebak dalam situasi yang serba salah. Di satu sisi, kendali dan narasi dominan masih dipegang oleh laki-laki, sementara di sisi lain, perempuan terus digoda dan didorong oleh sistem untuk “bersedia” menjadi objek demi memenuhi standar atau ekspektasi tertentu.

Hal ini menciptakan siklus di mana nilai diri (self-worth) perempuan perlahan tergerus karena mereka diposisikan semata-mata sebagai pelengkap atau objek bagi subjek lain.Konsep “Berbagi Suami 2.0”: Relevansi untuk Gen Z, untuk merespons fenomena ini, Nia memilih pendekatan yang segar melalui proyek yang diberi judul sementara Berbagi Suami 2.0. Ia menegaskan bahwa film ini bukanlah sebuah sekuel atau kelanjutan cerita dari film terdahulu. Langkah ini diambil sebagai strategi kreatif agar film dapat langsung dinikmati dan dipahami oleh audiens baru, khususnya Generasi Z dan Late Millennials. Dengan format cerita yang berdiri sendiri, penonton muda tidak dibebani kewajiban untuk menonton film versi orisinal yang rilis hampir 20 tahun lalu. Tujuannya adalah agar pesan krusial mengenai dinamika pernikahan dan posisi perempuan dapat tersampaikan secara efektif tanpa hambatan konteks cerita masa lalu.

Nia ingin memastikan bahwa narasi yang dibangun relevan dengan bahasa dan permasalahan yang dihadapi oleh generasi masa kini.Misi Utama: Membangun Kembali “Self-Worth”Di balik produksi film ini, terdapat harapan besar yang dititipkan Nia Dinata. Ia ingin Berbagi Suami 2.0 berfungsi lebih dari sekadar tontonan hiburan; ia ingin karya ini menjadi alat refleksi. Nia berharap film ini mampu membuka mata penonton muda Indonesia untuk lebih kritis dalam menimbang pilihan hidup mereka. Tujuan akhirnya adalah pemberdayaan. Nia ingin mendorong perempuan muda untuk menyadari harga diri (self-worth) mereka, berani menetapkan standar yang tinggi, dan tidak merasa tertekan untuk tunduk pada ekspektasi masyarakat yang sering kali tidak adil. Dengan demikian, generasi baru ini diharapkan memiliki kekuatan untuk memilih jalan hidup yang memanusiakan mereka, bukan sekadar mengikuti arus normalisasi yang merugikan.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *