Connect with us

Lifestyle

Bukan Sekadar Kurang Minum: Ahli Nefrologi Ungkap Kompleksitas di Balik Batu Ginjal

Published

on

Semarang (usmnews) – Dikutip dari cnnindonesia.com Selama ini, terdapat anggapan umum di masyarakat bahwa pembentukan batu ginjal semata-mata dipicu oleh kurangnya konsumsi air putih. Namun, para ahli nefrologi kini menyanggah penyederhanaan tersebut. Fakta medis menunjukkan bahwa kondisi ini merupakan hasil dari interaksi rumit antara faktor metabolik, genetika, lingkungan, dan pola makan yang tidak seimbang.‎‎

Dr. Arjun Sabharwal, seorang pakar nefrologi, menjelaskan bahwa batu ginjal bukanlah sekadar masalah “kurang minum”. Pendapat ini diperkuat oleh berbagai literatur ilmiah dari jurnal bereputasi tinggi seperti New England Journal of Medicine dan Nature Reviews Nephrology. Studi-studi tersebut menegaskan bahwa batu ginjal adalah penyakit multifaktorial yang memerlukan pendekatan diagnostik yang jauh lebih mendalam daripada sekadar instruksi untuk menambah asupan cairan.‎‎

Pentingnya Evaluasi Metabolik yang Menyeluruh‎Bagi individu yang mengalami batu ginjal secara berulang, Dr. Sabharwal menekankan pentingnya melakukan pemeriksaan urine 24 jam. Langkah ini krusial untuk mengidentifikasi komposisi kimia urine secara presisi. Menambah konsumsi air memang membantu mengencerkan urine, namun tanpa mengetahui akar masalahnya—seperti ketidakseimbangan zat kimia tertentu—batu akan terus terbentuk. Strategi pengobatan yang efektif haruslah berbasis pada jenis batu yang diproduksi oleh tubuh pasien.‎‎

Secara fisik, keberadaan batu ini sering kali ditandai dengan gejala yang menyiksa, mulai dari nyeri kolik yang hebat di area punggung bawah dan pinggang, mual, hingga hematuria (darah dalam urine). Jika dibiarkan tanpa penanganan medis yang tepat, penyumbatan aliran urine ini dapat memicu kerusakan fungsi ginjal permanen dan menurunkan kualitas hidup penderitanya secara signifikan.

‎‎Enam Faktor Utama Pemicu Batu Ginjal‎ Berdasarkan tinjauan klinis, terdapat setidaknya enam faktor dominan yang berkontribusi pada pembentukan kristal di dalam ginjal:‎‎

  1. Hiperkalsiuria (Kadar Kalsium Urine Tinggi): Ini adalah penyebab paling umum, ditemukan pada sekitar 30% hingga 60% pasien. Kondisi ini terjadi ketika ginjal membuang terlalu banyak kalsium ke dalam urine atau ketika sistem pencernaan menyerap kalsium secara berlebihan. Akumulasi kalsium ini kemudian mengkristal dan menjadi cikal bakal batu. Dalam dunia medis, penggunaan terapi thiazide sering menjadi pilihan untuk mengontrol kadar kalsium tersebut.
  2. Akumulasi Oksalat berlebih: Oksalat adalah senyawa yang secara alami ditemukan dalam makanan sehat seperti bayam, kacang-kacangan, dan cokelat. Namun, bagi individu tertentu, oksalat akan berikatan dengan kalsium di dalam urine dan membentuk batu kalsium oksalat. Penggunaan suplemen Vitamin C dosis tinggi secara berlebihan juga diketahui dapat meningkatkan kadar oksalat tubuh secara drastis.
  3. Defisiensi Sitrat (Citrate Rendah): Sitrat bertindak sebagai “penjaga” alami yang menghambat pertumbuhan kristal dalam ginjal. Ketika kadar sitrat rendah—yang sering dipicu oleh konsumsi protein hewani yang sangat tinggi, diare kronis, atau kekurangan kalium—risiko pembentukan batu meningkat pesat karena urine kehilangan zat penghambat alaminya.
  4. Asam Urat dan Diet Protein Hewani: Sekitar 5-10% kasus batu ginjal adalah jenis batu asam urat. Konsumsi daging merah dan makanan laut secara berlebihan meningkatkan produksi asam urat di dalam tubuh. Faktor ini berkaitan erat dengan kondisi metabolik lainnya seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit asam urat (gout).‎‎
  5. Ketidakseimbangan Natrium dan Kalsium Makanan: Asupan garam (natrium) yang tinggi memaksa ginjal untuk mengeluarkan lebih banyak kalsium ke dalam urine. Menariknya, para ahli menyarankan asupan kalsium dari makanan (sekitar 1.000-1.200 mg per hari) tetap dijaga, karena kalsium makanan justru membantu mengikat oksalat di usus sehingga tidak masuk ke ginjal. Penggunaan suplemen kalsium justru sering kali memberikan efek sebaliknya dibandingkan kalsium dari bahan pangan alami.‎‎
  6. Kondisi Penyakit, Obat-obatan, dan Genetika: Riwayat keluarga memegang peranan penting dalam risiko seseorang terkena batu ginjal. Selain itu, penyakit sistemik seperti radang usus, gangguan tiroid, dan infeksi saluran kemih yang sering kambuh dapat mengubah lingkungan kimiawi dalam urine. Beberapa obat-obatan jangka panjang, seperti obat migrain tertentu atau antasida kalsium, juga memiliki efek samping yang dapat mempercepat pembentukan kristal.
Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *