Business
Brasil Bakal Kembangkan 100.000 Sapi Tropis di Indonesia

RI-Brasil akan mengembangkan 100.000 sapi tropis Brasil di Indonesia dengan investasi senilai Rp 4,5 triliun.
Jakarta, (usmnews) – Indonesia dan Brasil Bersinergi Kembangkan 100.000 Sapi Tropis dengan Investasi Rp 4,5 Triliun
Indonesia dan Brasil sepakat untuk mengembangkan 100.000 sapi tropis asal Brasil di Indonesia dengan potensi investasi senilai Rp 4,5 triliun. Kerja sama ini diharapkan menjadi langkah strategis untuk mendukung program swasembada daging dan susu nasional yang diusung oleh Pemerintah Indonesia. Nota kesepahaman (MoU) antara PT Asiabeef Biofarma Indonesia dan Agropecuaria 31 telah diteken dalam pertemuan bilateral yang diinisiasi oleh Kementerian Pertanian (Kementan) RI.
Penandatanganan MoU ini berlangsung di Chapada Dos Guimaraes, Brasil, pada 12 September 2024, dihadiri oleh Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman, dan Menteri Pertanian Brasil, Carlos Favaro. Amran menjelaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan protein daging sapi dan susu, Indonesia tidak bisa terus bergantung pada impor. Oleh karena itu, pengembangan peternakan sapi secara masif menjadi solusi jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan domestik.
“Kehadiran investor dari Brasil ini akan sangat mendukung swasembada daging dan susu di Indonesia. Selain itu, investasi ini juga akan membuka lapangan pekerjaan baru di sektor peternakan,” ujar Amran dalam siaran persnya pada Jumat, 13 September 2024.
Komitmen Brasil dalam Pengembangan Peternakan Indonesia
Pertemuan bilateral ini merupakan tindak lanjut setelah Amran menghadiri Pertemuan Menteri Pertanian G20 di Brasil. Dalam pertemuan tersebut, Menteri Pertanian Brasil, Carlos Favaro, juga berjanji untuk berkunjung ke Indonesia bersama sejumlah pengusaha besar Brasil yang bergerak di sektor peternakan. Favaro berharap kerja sama ini dapat menghasilkan kesepakatan lanjutan untuk memperkuat sektor peternakan di Indonesia.
Kebutuhan Daging dan Susu Nasional
Selama ini, produksi daging sapi, kerbau, serta susu di Indonesia masih belum mencukupi kebutuhan nasional, sehingga negara harus melakukan impor. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi susu segar nasional pada tahun 2023 hanya mencapai 837.223 ton. Angka ini turun dari rata-rata produksi tahunan 0,9 juta ton dalam lima tahun terakhir, sementara konsumsi susu nasional diperkirakan mencapai 4,6 juta ton. Dengan demikian, Indonesia masih mengalami defisit produksi sebesar 3,7 juta ton.
Selain itu, Kementan menargetkan produksi daging sapi dan kerbau sebesar 399.410 ton pada tahun 2025. Namun, target ini masih jauh dari perkiraan kebutuhan nasional sebesar 739.670 ton, sehingga diperkirakan Indonesia akan menghadapi defisit sebesar 400.260 ton.
Penguatan Sistem Karantina Nasional
Seiring dengan rencana pengembangan peternakan sapi ini, Badan Karantina Indonesia (Barantin) akan memperkuat sistem layanan karantina nasional. Dengan alokasi anggaran sebesar Rp 1,42 triliun untuk tahun 2025, Barantin akan fokus pada tiga program utama, yaitu penguatan sumber daya manusia, layanan digitalisasi, dan revitalisasi laboratorium.
Sistem layanan digitalisasi yang diusung Barantin dikenal dengan nama Best Trust (Barantin Electronic System for Transaction and Utility Service Technology). Sistem ini mempermudah masyarakat dalam mengajukan permohonan karantina secara elektronik dan memantau proses hingga terbitnya sertifikat kesehatan karantina. Barantin mengklaim bahwa implementasi Best Trust akan menghemat anggaran belanja negara hingga Rp 5,54 miliar per tahun.
Waspada Penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)
Sementara itu, Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) juga mengingatkan pemerintah untuk meningkatkan pengawasan terhadap sapi impor guna mencegah penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK). Data menunjukkan bahwa populasi sapi rakyat pada awal tahun 2024 telah berkurang sebanyak 12.637 ekor akibat PMK, dan produksi susu segar nasional juga turun sebesar 30 persen.
Dengan kerja sama yang kuat antara Indonesia dan Brasil, serta penguatan sistem karantina nasional, diharapkan swasembada daging dan susu dapat segera terwujud, dan Indonesia mampu mengurangi ketergantungan terhadap impor.