Lifestyle
Bara Nusa: Karya Inklusif Organic Culture dan Teman Tuli, Menyuarakan Kesetaraan Lewat Batik Tanpa Canting

Banyuwangi (usmnews) – Dikutip Kompas.com Organic Culture, sebuah merek fesyen lokal yang beroperasi dari Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, telah meluncurkan koleksi terbarunya yang diberi nama Bara Nusa, singkatan dari “Batik Respon Alam Karya Anak Luar Biasa.” Koleksi ini tidak hanya menonjol dari segi desain, tetapi juga membawa misi sosial yang mendalam melalui kolaborasi yang inklusif. Dalam upaya mendorong kesetaraan dan pengakuan dalam industri mode, Organic Culture secara aktif menggandeng komunitas Teman Tuli (penyandang disabilitas rungu) yang berasal dari Unit Layanan Disabilitas Terintegrasi SLB Negeri Banyuwangi.
Wanda, selaku Chief Operating Officer (COO) Organic Culture, menegaskan bahwa kemitraan ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat nilai-nilai inklusivitas di tengah perkembangan fesyen lokal. Tujuannya adalah untuk mendobrak batasan dan menunjukkan bahwa individu dengan disabilitas memiliki potensi dan kontribusi besar yang patut dihargai. Mereka ingin memastikan bahwa para Teman Tuli mendapatkan kesempatan yang setara untuk berkarya dan berkreasi.
Aspek paling unik dari koleksi Bara Nusa, yang terdiri dari delapan model busana, adalah inovasi dalam teknik pembuatannya. Koleksi ini mengusung konsep batik tanpa canting, sebuah pendekatan yang sangat jarang ditemukan. Proses pewarnaan dan pembentukan motif dilakukan dengan memanfaatkan material alam sederhana yang ditemukan di sekitar, yaitu batu dan ranting. Ranting-ranting pohon digunakan untuk menorehkan motif-motif organik pada kain wastra, menghasilkan tekstur dan pola yang berbeda dari batik konvensional. Sementara itu, pecahan-pecahan batu alam—yang merupakan limbah dari sisa renovasi bangunan sekolah—diaplikasikan secara kreatif dan diintegrasikan langsung pada busana. Metode ini tidak hanya menciptakan estetika yang unik, tetapi juga sejalan dengan komitmen merek terhadap praktik sustainable fashion dan pemanfaatan kembali limbah atau upcycling.

Di balik keindahan material dan tekniknya, koleksi Bara Nusa menyimpan pesan yang sangat emosional dan penting. Melalui pola batik dan detail bordir yang terdapat pada pakaian, para Teman Tuli mengungkapkan aspirasi dan rasa hati mereka mengenai kesetaraan. Wanda menjelaskan bahwa motivasi utama desain ini bersumber dari keinginan Teman Tuli untuk dihormati dan dianggap setara dengan orang lain. Mereka ingin menepis stigma umum bahwa ketulian adalah suatu kekurangan, mengingat mereka sering kali diabaikan oleh masyarakat mayoritas. Untuk mengomunikasikan perasaan dan pandangan mereka secara non-verbal, mereka menggunakan susunan motif tertentu yang secara simbolis mewakili “kode morse”. Dengan demikian, setiap helai pakaian dalam koleksi ini berfungsi sebagai medium bagi komunitas Tuli untuk menyuarakan harapan mereka akan pengakuan dan perlakuan yang adil.
Lebih lanjut, Organic Culture menegaskan identitasnya sebagai merek yang peduli lingkungan. Selain memanfaatkan limbah batu dari renovasi, mereka juga konsisten dalam penggunaan sumber daya alam setempat dan pengolahan limbah. Bahan baku mereka juga termasuk limbah plastik dan kain perca yang mereka kumpulkan secara rutin melalui kegiatan tahunan pembersihan pantai. Konsistensi dalam menjaga kelestarian alam dan memberdayakan masyarakat disabilitas menjadikan Organic Culture sebagai contoh ideal bagi jenama fesyen yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi juga pada dampak sosial dan lingkungan yang positif. Koleksi yang sarat makna dan nilai ini telah diperkenalkan kepada khalayak luas dalam acara Langkah Membumi yang diselenggarakan oleh Blibli di Jakarta Selatan pada hari Minggu, 9 November 2025. Koleksi Bara Nusa membuktikan bahwa inovasi fesyen dapat berjalan beriringan dengan aktivisme sosial dan tanggung jawab lingkungan.







