Business
Angka Lowongan Kerja AS Juli 2024 Sentuh Rekor Terendah dalam 3,5 Tahun
JAKARTA (usmnews) – Jumlah lowongan kerja di Amerika Serikat (AS) turun ke level terendah dalam 3,5 tahun pada bulan Juli, mengindikasikan pasar tenaga kerja mulai kehilangan momentum. Meskipun demikian, penurunan tersebut kemungkinan tidak cukup signifikan untuk menjamin penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin oleh bank sentral AS, The Federal Reserve, dalam pertemuannya bulan ini.
Mengutip Reuters pada Kamis (5/9/2024), penurunan lowongan pekerjaan yang tidak terisi ini lebih besar dari yang diperkirakan, berdasarkan data Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja (Job Openings and Labor Turnover Survey atau JOLTS) dari Departemen Tenaga Kerja AS. Data tersebut menunjukkan terdapat 1,07 posisi terbuka untuk setiap pengangguran di bulan Juli, angka terendah sejak Mei 2021, turun dari 1,16 pada bulan Juni. Rasio lowongan terhadap pengangguran ini sebelumnya mencapai puncaknya tepat di atas 2,0 pada tahun 2022.
Meski pasar tenaga kerja tampaknya tidak memburuk secara dramatis, sebuah laporan terpisah dari The Fed menunjukkan bahwa tingkat lapangan kerja relatif datar hingga sedikit meningkat dalam beberapa minggu terakhir. Investor dan pembuat kebijakan terus memantau kondisi pasar tenaga kerja dengan seksama, menyusul kenaikan tingkat pengangguran selama empat bulan berturut-turut, yang memicu kekhawatiran akan terjadinya resesi.
Para ekonom tetap berpegang pada perkiraan mereka untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan bank sentral AS pada 17-18 September 2024. Banyak hal bergantung pada laporan ketenagakerjaan untuk bulan Agustus yang akan dirilis pada hari Jumat mendatang. “Apakah laporan ini menunjukkan perlunya penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan September? Kami akan mengatakan tidak, karena rasio lowongan terhadap pengangguran masih tinggi menurut standar historis,” kata Conrad DeQuadros, Senior Economic Advisor di Brean Capital.
Data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS mencatat bahwa lowongan kerja, yang mengukur permintaan tenaga kerja, turun sebesar 237.000 menjadi 7,673 juta pada akhir bulan Juli, level terendah sejak Januari 2021. Data bulan Juni direvisi lebih rendah menjadi 7,910 juta posisi yang tidak terisi dibandingkan dengan 8,184 juta yang dilaporkan sebelumnya. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan jumlah lowongan pekerjaan sebesar 8,1 juta. Lowongan mencapai puncaknya pada 12,18 juta pada Maret 2022 dan telah turun 1,1 juta sepanjang tahun.
Penurunan lowongan pekerjaan terutama terkonsentrasi pada usaha kecil, dengan penurunan sebesar 187.000 di sektor layanan kesehatan dan bantuan sosial serta 101.000 di pemerintahan negara bagian dan lokal, di luar sektor pendidikan. Sementara itu, lowongan pekerjaan meningkat sebesar 178.000 di sektor layanan profesional dan bisnis, serta 28.000 di pemerintahan federal. Dilansir dari Bisnis.com
Tingkat lowongan pekerjaan turun menjadi 4,6%, level terendah sejak Desember 2020, dari 4,8% pada bulan Juni. Namun, perekrutan meningkat 273.000 menjadi 5,52 juta, dengan kenaikan terbesar di sektor akomodasi dan layanan makanan sebanyak 156.000, sementara di pemerintahan federal menurun sebesar 8.000. Tingkat perekrutan naik menjadi 3,5% dari 3,3% pada Juni.
Jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat 202.000 menjadi 1,76 juta, atau level tertinggi sejak Maret 2023. Namun, angka PHK tetap rendah jika dibandingkan dengan standar historis. Peningkatan pada bulan Juli sebagian besar disebabkan oleh sektor akomodasi dan makanan, yang naik sebesar 75.000, serta sektor keuangan dan asuransi yang naik sebesar 21.000. Tingkat PHK naik tipis menjadi 1,1% dari 1,0% pada bulan Juni.
Rendahnya tingkat PHK ini juga diungkapkan dalam laporan Beige Book The Fed, yang menyebutkan bahwa lima wilayah bank sentral AS mengalami sedikit peningkatan jumlah pegawai secara keseluruhan pada akhir Agustus. Namun, beberapa distrik melaporkan adanya pengurangan jam kerja, posisi yang dibiarkan kosong, atau pengurangan jumlah pegawai akibat pemangkasan karyawan, meskipun laporan PHK masih jarang.
Pasar keuangan melihat peluang penurunan suku bunga setengah poin persentase bulan ini adalah kurang dari 50%, menurut FedWatch Tool dari CME Group. Penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin juga diragukan karena kuatnya belanja konsumen pada bulan Juli.
Defisit Perdagangan Melebar
Sementara itu, Chief Economist Comerica Bank, Bill Adams menyatakan, pasar tenaga kerja masih dalam kondisi yang cukup baik, meskipun telah mengalami penurunan yang signifikan selama satu setengah tahun terakhir. “Kebanyakan orang Amerika yang menginginkan pekerjaan memilikinya, namun peluang bagi pekerja yang diberhentikan atau yang lebih memilih pekerjaan lain lebih sedikit,” jelasnya.
Permintaan domestik yang kuat diperkuat oleh data dari Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS yang menunjukkan lonjakan impor mendorong defisit perdagangan naik 7,9% menjadi US$78,8 miliar pada bulan Juli, terbesar sejak Juni 2022. Impor naik 2,1% menjadi $345,4 miliar, dengan impor barang melonjak 2,3% menjadi $278,2 miliar, tertinggi sejak Juni 2022. Kenaikan impor barang modal, khususnya aksesori komputer, menjadi salah satu pendorong utama peningkatan ini.
Meskipun peningkatan impor dapat mengurangi produk domestik bruto (PDB), ini juga mencerminkan ketahanan ekonomi AS, di mana dunia usaha cenderung mempercepat impor untuk mengantisipasi tarif yang lebih tinggi. Pemerintahan Presiden Joe Biden telah mengumumkan rencana untuk meningkatkan tarif pada berbagai produk impor dari China, seperti kendaraan listrik dan produk tenaga surya. Pemerintah menyatakan bahwa keputusan akhir akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang.
Defisit perdagangan barang dengan China, yang sensitif secara politik, meningkat US$4,9 miliar menjadi US$27,2 miliar. Ekspor juga naik 0,5% menjadi US$266,6 miliar, sedangkan ekspor barang naik 0,4% menjadi US$175,1 miliar. Defisit perdagangan barang meningkat 6,9% menjadi US$97,6 miliar setelah disesuaikan dengan inflasi.
Perdagangan telah menjadi beban bagi PDB selama dua kuartal berturut-turut, tetapi sebagian besar impor kemungkinan akan berakhir sebagai persediaan di tengah melambatnya permintaan domestik, yang dapat mengurangi dampaknya terhadap PDB. Goldman Sachs menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB kuartal ketiga menjadi 2,5% secara tahunan dari laju 2,7%. Perekonomian tumbuh pada kecepatan 3,0% pada kuartal kedua.
“Perdagangan bersih mungkin membebani pertumbuhan PDB kuartal ketiga, tetapi ini tidak perlu dikhawatirkan karena ini mencerminkan kekuatan impor yang berkelanjutan, memberikan gambaran yang lebih baik tentang permintaan domestik daripada kekhawatiran akan resesi,” kata Thomas Ryan, Ekonom Amerika Utara di Capita.l Economics.