Connect with us

Lifestyle

Ancaman Abadi: Tunda Net Zero, Gelombang Panas Menjadi Lebih Lama dan Sering Selama Seribu Tahun

Published

on

Semarang (usmnews) – Dikutip Kompas.com Penundaan dalam pencapaian target emisi nol bersih atau Net Zero secara global membawa konsekuensi yang jauh lebih serius dan berkepanjangan daripada yang diperkirakan sebelumnya, khususnya terkait fenomena gelombang panas yang kian ekstrem. Sebuah studi baru yang menggunakan pemodelan iklim canggih mengungkap bahwa setiap penundaan dalam upaya dekarbonisasi akan secara sistematis memperburuk kondisi iklim, membuat gelombang panas menjadi lebih panas, lebih lama, dan lebih sering terjadi.

Ancaman Gelombang Panas yang Persisten​Penelitian ini dilakukan oleh para ilmuwan menggunakan teknik pemodelan iklim jangka panjang yang dijalankan pada superkomputer untuk memproyeksikan respons gelombang panas selama kurun waktu hingga 1.000 tahun setelah dunia berhasil mencapai nol emisi karbon bersih. Para peneliti secara spesifik menganalisis skenario penundaan target net zero dengan rentang waktu antara tahun 2030 hingga 2060. Melalui penghitungan ini, mereka dapat membandingkan perbedaan jangka panjang dalam tingkat keparahan gelombang panas untuk setiap penundaan selama lima tahun.

Hasilnya sangat mengkhawatirkan: semakin lama target nol bersih ditunda, semakin tinggi frekuensi dan tingkat keparahan peristiwa gelombang panas ekstrem yang secara historis tergolong jarang. Ini menunjukkan bahwa penundaan dalam membatasi emisi hari ini akan mengunci kondisi iklim yang lebih panas bagi generasi yang akan datang. Studi ini juga menyoroti bahwa pemanasan jangka panjang yang terjadi di Samudra Selatan dapat semakin memperburuk intensitas gelombang panas di berbagai wilayah, bahkan setelah tujuan nol bersih tercapai dan emisi dihentikan.

Keniscayaan Pemanasan Abadi dan Batas Waktu Kritis​Salah satu temuan paling penting adalah bahwa tren kenaikan suhu dan keparahan gelombang panas tidak menunjukkan penurunan yang signifikan selama seribu tahun simulasi secara keseluruhan. Ini secara tegas mengindikasikan bahwa suhu tidak akan kembali ke kondisi pra-industri, setidaknya selama satu milenium penuh, bahkan setelah emisi nol bersih tercapai. Dengan kata lain, penundaan saat ini menciptakan dampak yang bersifat permanen pada sistem iklim Bumi dalam skala waktu manusia. Beberapa wilayah bahkan diproyeksikan akan mengalami peningkatan tingkat keparahan gelombang panas yang substansial jika nol bersih baru tercapai pada tahun 2050 atau sesudahnya.

Kondisi ini menimbulkan masalah yang sangat besar, terutama bagi negara-negara yang terletak di dekat garis khatulistiwa. Wilayah-wilayah ini secara umum memiliki kerentanan yang lebih tinggi terhadap peningkatan suhu dan gelombang panas ekstrem, yang dapat memicu krisis kesehatan publik, gangguan pertanian, dan krisis air bersih. Oleh karena itu, penelitian ini menekankan bahwa mencapai nol bersih secara global paling lambat pada tahun 2040 adalah langkah krusial untuk meminimalkan tingkat keparahan gelombang panas yang akan terjadi di masa depan.

Pentingnya Adaptasi Jangka Panjang​Sebagaimana ditekankan oleh Profesor Sarah Perkins-Kirkpatrick, penulis utama studi ini, hasil penelitian ini menantang anggapan umum bahwa kondisi iklim akan secara otomatis membaik dalam waktu singkat setelah emisi dihentikan. Implikasi dari temuan ini sangat mendalam, yaitu perlunya perencanaan dan implementasi langkah-langkah adaptasi yang efektif dan permanen di samping upaya mitigasi yang cepat.

Dr. Andrew King, salah satu penulis, menambahkan bahwa investasi dalam infrastruktur publik, perumahan yang tahan panas, dan layanan kesehatan untuk menjaga masyarakat tetap sehat selama periode cuaca panas ekstrem akan sangat bervariasi dalam skala, biaya, dan sumber daya yang dibutuhkan, bergantung pada seberapa cepat dunia bergerak menuju nol bersih. Semakin cepat kita bertindak, semakin kecil beban adaptasi yang harus ditanggung di masa depan. Keterlambatan berarti harus berinvestasi lebih besar untuk menanggulangi bencana panas yang akan datang dengan frekuensi dan intensitas yang jauh lebih tinggi.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *