International

Amerika Serikat Belum Bisa Memberi Penjelasan Logis Mengapa Operasi Anti-Narkoba di Karibia Memerlukan Pengerahan Militer Secara Besar-Besaran.

Published

on

Semarang (usmnews) dikutip dari sindonews.com Pemerintahan Presiden Donald Trump menghadapi pengawasan ketat dan kebingungan internal mengenai eskalasi operasi militernya di Karibia, yang menurut laporan difokuskan untuk melawan kartel narkoba.

Sebuah laporan dari CNN pada Selasa, 11 November 2025, yang mengutip sumber-sumber yang mengetahui masalah ini, menyoroti kurangnya kejelasan dari para pejabat tinggi.Secara khusus, seorang perwira senior Operasi Khusus AS, dalam sebuah pengarahan bulan sebelumnya, dilaporkan tidak dapat memberikan penjelasan atau justifikasi komprehensif tentang mengapa kehadiran militer AS dalam skala besar diperlukan di Karibia. Operasi ini tampaknya secara tidak proporsional menargetkan beberapa kapal kecil yang baru diduga digunakan untuk penyelundupan narkoba.


​🪖 Aset Militer dan Kerahasiaan Biaya
​Meskipun Pentagon belum merilis informasi publik resmi yang merinci perangkat keras militer yang digunakan dalam serangan ini, sumber CNN memberikan gambaran yang mengkhawatirkan.

Operasi tersebut dilaporkan tidak hanya menggunakan patroli standar, tetapi juga aset tempur canggih, termasuk drone MQ-9 Reaper (yang sering digunakan untuk pengintaian dan serangan presisi), helikopter tempur, dan pesawat tempur AC-130J Gunship.


​Kekhawatiran lebih lanjut muncul terkait aspek finansial dari kampanye ini. Sumber tersebut mengungkapkan bahwa pejabat Pentagon juga tidak dapat memberikan angka pasti mengenai jumlah uang pembayar pajak yang telah dihabiskan. Kurangnya transparansi biaya ini terjadi meskipun para pejabat pemerintah telah mengakui bahwa setiap serangan individual menelan biaya hingga ratusan ribu dolar.


​Pengerahan kekuatan ini sangat signifikan. Sebagian besar aset angkatan laut AS yang biasanya tersebar di seluruh dunia telah dialihkan dan ditempatkan di bawah Komando Selatan AS (US Southern Command) sejak bulan lalu. Laporan tersebut menambahkan bahwa penumpukan militer di Karibia ini diperkirakan akan terus berlanjut, dengan lebih banyak aset militer AS akan segera dikerahkan ke wilayah tersebut.


​📈 Statistik Operasi dan Dampak Mematikan
​Kampanye anti-narkotika ini telah terbukti mematikan. Awal pekan ini, Menteri Perang AS Pete Hegseth mengumumkan bahwa Amerika Serikat baru saja melancarkan serangan terhadap dua kapal penyelundup narkoba di wilayah Pasifik Timur, sebuah insiden yang mengakibatkan enam orang tewas.


​Hingga saat ini, data yang dilaporkan oleh CNN menunjukkan gambaran operasi yang intensif: militer AS telah melakukan 19 serangan terpisah, yang mengakibatkan penghancuran 20 kapal dan total 76 korban jiwa.


​🏛️ Ketegangan Politik dan Kecaman Internasional
​Secara politik, upaya pemerintahan Trump untuk membenarkan tindakannya telah memicu kontroversi di dalam negeri. Pada akhir Oktober, sebuah pengarahan diadakan di Kongres AS yang dimaksudkan untuk memaparkan justifikasi hukum pemerintah atas serangan-serangan tersebut, khususnya terhadap kapal-kapal Venezuela.


​Namun, acara tersebut menuai kritik tajam dan respons negatif yang luas dari kalangan Partai Demokrat setelah terungkap bahwa hanya anggota Partai Republik yang diundang untuk hadir.


​Di panggung internasional, tindakan AS ini telah menuai kecaman keras dari organisasi-organisasi global terkemuka. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, dilaporkan meyakini bahwa serangan AS di Karibia secara jelas bertentangan dengan hukum internasional.

Pandangan ini juga dianut oleh Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, yang setuju bahwa operasi militer tersebut melanggar norma-norma hukum internasional.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version