Business
Mitratel Perkuat Kemitraan dengan Starlink, Fokus pada Daerah Terpencil
Baca juga berita yang lain : Business
Kemitraan untuk Infrastruktur Backhaul
Backhaul adalah infrastruktur telekomunikasi yang sangat penting karena mempercepat akses komunikasi data. Tanpa backhaul atau jaringan pengalur, masyarakat di daerah tertentu tidak akan memiliki akses internet. Direktur Bisnis Mitratel, Agus Winarno, menjelaskan bahwa fokus area antara Mitratel dan Starlink berbeda meskipun keduanya menargetkan peningkatan pemanfaatan internet di luar Pulau Jawa.
Agus menekankan bahwa kerjasama dengan Starlink akan lebih memudahkan calon pengguna dibandingkan dengan skema pembelian data langsung kepada Starlink dan pembelian satelit secara mandiri. “Kekuatan Starlink adalah penggunaannya di daerah rural atau 3T, yang daya beli penduduknya relatif rendah. Maka itu, kerja sama backhaul ini akan saling menguntungkan,” jelasnya.
Manfaat bagi Mitratel
Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko, melihat kehadiran Starlink sebagai peluang besar bagi perusahaan. “Kami adalah pihak yang paling diuntungkan dengan adanya Starlink. Starlink ini adalah layanan yang idealnya bisa digunakan untuk menjadi backhaul,” ungkap Teddy. Ia menjelaskan bahwa backhaul dari Starlink digunakan untuk mengaktifkan Base Transceiver Station (BTS) yang sulit mendapatkan konektivitas terestrial, menawarkan solusi melalui satelit berbasis LEO milik Starlink.
Tantangan dan Solusi
Direktur Investasi Mitratel, Hendra Purnama, menambahkan bahwa meskipun penggunaan satelit untuk transmisi data memiliki latensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan serat optik, Starlink tetap menjadi solusi ideal untuk daerah terpencil. “Tujuan Starlink ini untuk remote area. Jadi, adanya latensi dalam transmisi data. Saat ini, fiber optik masih menjadi media tercepat mentransfer data dengan latensi rendah. Akan tetapi di daerah 3T, kalau pakai fiber optik sulit,” jelasnya.
Oleh sebab itu, kerja sama antara Mitratel melalui Telkomsat dengan Starlink dianggap sebagai peluang yang menjanjikan. Hendra menjelaskan bahwa penggunaan data Starlink biayanya akan dibagi ke masyarakat yang menggunakan handphone sehingga tidak perlu membeli satelit sendiri. “Kerja sama melalui Telkomsat bersifat eksklusif menggunakan bandwith Starlink dan media backhaul untuk BTS,” tambahnya.
Proyeksi dan Pertumbuhan Mitratel
Hendra mengungkapkan bahwa pembagian revenue dari sistem ini masih lebih kecil jika dibandingkan dengan pendapatan yang berasal dari menara. Mitratel telah membangun 121 menara baru sehingga total menara menjadi 38.135 pada kuartal I/2024. “Jadi kelihatannya tidak terpengaruh adanya Starlink, justru kami sekarang menerima lebih banyak lagi order untuk pembangunan tower baru dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Hendra.
Mitratel menargetkan memiliki 4.000 tenants hingga akhir tahun 2024. “Dari sebelumnya 38.000 tower akan mencapai sekitar 39.000 atau 40.000 tower, tergantung akuisisi,” ujarnya.
Update terus berita terkini! Kunjungi halaman usmtv.id
Artikel mengenai Mitratel Perkuat Kemitraan dengan Starlink, Fokus pada Daerah Terpencil dapat Anda temukan pada Business dan di tulis oleh usmnews