Connect with us

Education

Menelusuri Jejak Sains dan Sejarah, Pesona Bangunan Cagar Budaya di Kebun Raya Bogor

Published

on

Semarang (usmnews) – Dikutip dari trevel.detik.com Kebun Raya Bogor tidak hanya dikenal sebagai kawasan konservasi tumbuhan dan destinasi wisata alam yang asri, tetapi juga merupakan saksi bisu perjalanan panjang sejarah ilmu pengetahuan di Indonesia. Di balik rimbunnya pepohonan raksasa, berdiri kokoh sejumlah bangunan peninggalan masa kolonial yang memiliki nilai historis tinggi. Bangunan-bangunan ini tidak sekadar struktur tua, melainkan simbol dedikasi terhadap riset botani yang telah berlangsung selama berabad-abad.

Transformasi Fungsi: Dari Rumah Sakit Militer ke Laboratorium

​Salah satu ikon sejarah yang paling menonjol di kawasan ini adalah Gedung Laboratorium Treub. Sebelum menjadi pusat penelitian yang disegani, bangunan ini memiliki fungsi yang jauh berbeda pada masa Hindia Belanda, yakni sebagai rumah sakit militer. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya kebutuhan riset, fungsi bangunan ini dialihkan menjadi laboratorium penelitian.

​Kini, Laboratorium Treub telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah Kota Bogor. Status ini membawa konsekuensi perlindungan yang ketat; pengunjung umum tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan demi menjaga keutuhan struktur interior dan artefak di dalamnya. Meskipun demikian, pesona arsitektur kolonialnya masih dapat dinikmati dari luar. Pengunjung sering kali menjadikan fasad bangunan yang klasik dan terawat ini sebagai objek pengamatan sejarah arsitektur.

Kediaman Para Peneliti dan Pemimpin Botani

​Tak jauh dari laboratorium, terdapat bangunan lain yang memegang peranan vital di masa lalu, yaitu rumah dinas direktur Kebun Raya Bogor. Lokasinya yang strategis dan berdekatan dengan fasilitas penelitian sengaja dirancang untuk memudahkan para pemimpin lembaga botani dalam memantau aktivitas ilmiah sehari-hari.

​Bangunan ini memiliki rekam jejak penggunaan yang sangat panjang. Sejak zaman kolonial hingga masa awal kemerdekaan Indonesia, rumah ini menjadi tempat bernaung para direktur. Bahkan, hingga akhir dekade 1990-an, bangunan tersebut masih aktif difungsikan sebagai kediaman resmi pimpinan lembaga riset yang kini berada di bawah naungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Upaya Pelestarian di Tengah Wacana Komersialisasi

​Kelestarian bangunan cagar budaya di Kebun Raya Bogor bukannya tanpa tantangan. Pada masa pandemi Covid-19, sempat muncul wacana untuk mengalihfungsikan salah satu bangunan lama di kawasan ini menjadi fasilitas komersial berupa penginapan dan restoran. Namun, rencana tersebut akhirnya dibatalkan.

​Ara, seorang pemandu wisata dari Jakarta Good Guide, menjelaskan bahwa pembatalan tersebut didasari oleh alasan konservasi yang kuat. Selain kapasitas kamar yang sangat terbatas, status bangunan sebagai cagar budaya menjadi pertimbangan utama. Pengalihfungsian sembarangan dikhawatirkan akan merusak struktur asli dan nilai sejarah bangunan. Keselamatan fisik bangunan dan prinsip pelestarian warisan budaya akhirnya diprioritaskan di atas kepentingan komersial.

Pusat Riset yang Memanusiakan Tumbuhan

​Kawasan bersejarah ini juga terintegrasi dengan Museum Zoologi, sebuah fasilitas penting untuk penyimpanan dan penelitian spesimen, mulai dari biji-bijian hingga fauna. Di sinilah aktivitas ilmiah mendalam dilakukan, seperti pengkajian struktur tanaman hingga analisis kromosom untuk keperluan perkawinan silang antar-tumbuhan.

​Keberadaan kompleks bangunan bersejarah ini menegaskan identitas Kebun Raya Bogor sebagai pusat penelitian ilmiah yang serius. Di sini, tumbuhan diperlakukan layaknya makhluk hidup yang memiliki “perasaan”. Kesehatan tanaman, yang terlihat dari mekarnya bunga atau kesuburan daun, dianggap sebagai respons komunikasi mereka terhadap perawatan yang diberikan. Sebaliknya, tanaman yang layu adalah sinyal adanya ketidaksesuaian lingkungan.

​Hingga saat ini, gedung-gedung tua tersebut tetap dijaga sebagai monumen hidup yang mengingatkan kita pada kontribusi besar Kebun Raya Bogor dalam perkembangan ilmu botani dan kekayaan sejarah bangsa.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *