Tech
Ironi Kemajuan Teknologi, Ledakan AI Memaksa Smartphone Kembali ke Era RAM 4GB di 2026

Semarang (usmnews) – Dikutip dari detik.com Dunia teknologi sedang menghadapi paradoks yang cukup mengejutkan. Di saat kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI) berkembang pesat dan menjadi semakin canggih, perangkat keras yang digunakan konsumen sehari-hari, khususnya smartphone, justru diprediksi akan mengalami kemunduran spesifikasi yang signifikan mulai tahun depan. Alih-alih mendapatkan ponsel dengan performa lebih tinggi dan harga terjangkau, konsumen dihadapkan pada realitas baru: harga perangkat yang melambung tinggi namun dengan kapasitas memori (RAM) yang justru dipangkas.
Krisis Pasokan dan Pergeseran Prioritas Industri
Akar permasalahan ini terletak pada hukum penawaran dan permintaan di sektor manufaktur memori global. Laporan terbaru menyoroti bahwa lonjakan aktivitas pengembangan AI telah menciptakan permintaan yang sangat masif terhadap infrastruktur server dan pusat data. Fasilitas-fasilitas pelatihan AI ini “haus” akan komponen penyimpanan canggih, spesifiknya High Bandwidth Memory (HBM) dan SSD berkapasitas raksasa.

Demi memenuhi permintaan korporasi AI yang sangat menguntungkan ini, para produsen memori utama dunia terpaksa mengubah strategi produksi mereka. Lini produksi yang sebelumnya didedikasikan untuk membuat DRAM konvensional (RAM untuk ponsel dan PC konsumer) kini dialihkan untuk memproduksi HBM. Konsekuensi logisnya adalah terjadinya kelangkaan pasokan DRAM di pasar global, yang secara otomatis mengerek harga komponen tersebut ke level yang sangat tinggi.
Downgrade Massal: Kembalinya Standar Lama
Laporan dari tipster teknologi Lanzuk di platform Naver serta analisis dari TrendForce memberikan gambaran suram mengenai peta spesifikasi ponsel di tahun 2026. Vendor ponsel pintar kini terjepit di antara biaya produksi yang meroket dan daya beli konsumen. Solusi pahit yang harus diambil adalah menurunkan spesifikasi RAM:
- Kepunahan RAM 16GB: Ponsel dengan kapasitas RAM 16GB, yang digadang-gadang akan menjadi standar flagship, diprediksi akan menjadi barang langka dan hampir hilang dari peredaran, kecuali pada segmen ultra-premium yang sangat terbatas.
- Penurunan Drastis RAM 12GB: Populasi ponsel dengan RAM 12GB diperkirakan akan menyusut lebih dari 40%. Banyak vendor akan meninggalkan opsi ini karena biayanya yang tak lagi masuk akal untuk margin keuntungan mereka.
- Standar Baru yang Lebih Rendah: Segmen mid range dan entry level adalah yang paling terdampak. RAM 8GB yang saat ini sudah dianggap standar minimal untuk kenyamanan penggunaan, jumlah produksinya akan dipangkas hingga lebih dari 50%.
Sebagai gantinya, industri diprediksi akan kembali menormalisasi penggunaan RAM 4GB dan 6GB pada ponsel keluaran 2026. Hal ini terasa sebagai sebuah kemunduran teknologi, mengingat aplikasi modern justru membutuhkan sumber daya memori yang semakin besar.

Proyeksi Jangka Panjang
TrendForce memperkirakan bahwa “musim dingin” bagi spesifikasi smartphone ini tidak akan berakhir dalam waktu singkat. Krisis RAM dan harga tinggi ini diprediksi akan terus berlanjut setidaknya hingga kuartal keempat tahun 2027.
Artinya, konsumen harus bersiap menghadapi gelombang kenaikan harga pada laptop dan ponsel, atau opsi lainnya adalah membeli perangkat baru dengan spesifikasi yang secara teknis lebih rendah dibandingkan model yang dirilis satu atau dua tahun sebelumnya. Transisi menuju era memori besar yang mulus kini terhambat oleh ambisi besar dunia terhadap AI.







