Connect with us

Nasional

Langkah Strategis BMKG: Operasi Modifikasi Cuaca Masif dari Lampung hingga Bali Demi Amankan Libur Nataru

Published

on

Semarang (usmnews) Dikutip dari nasional.kompas.com Menghadapi ancaman cuaca ekstrem yang diprediksi akan menyelimuti sebagian besar wilayah Indonesia menjelang akhir tahun 2025, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengambil langkah preventif yang agresif dan berskala besar. Badan tersebut mengumumkan pelaksanaan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang akan mencakup wilayah yang sangat luas, membentang mulai dari Provinsi Lampung di Pulau Sumatera, melintasi seluruh Pulau Jawa (Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur), hingga ke Pulau Bali. Keputusan strategis ini diambil sebagai respons cepat terhadap potensi curah hujan tinggi yang dapat memicu bencana hidrometeorologi selama periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, dalam laporannya kepada Presiden Prabowo Subianto pada Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Senin (15/12/2025), menegaskan urgensi operasi ini. Pemicu utama kekhawatiran tersebut adalah terdeteksinya aktivitas atmosfer yang signifikan, yakni keberadaan Siklon Bakung serta dua bibit siklon, 93S dan 95S, yang “mengepung” wilayah Indonesia. Fenomena ini berpotensi membawa massa udara basah yang sangat besar, yang jika tidak dikendalikan, dapat menyebabkan hujan lebat berkepanjangan, banjir, dan tanah longsor di wilayah-wilayah padat penduduk dan jalur mudik vital.

Mekanisme operasi TMC ini dirancang dengan dua pendekatan utama. Pertama, untuk wilayah yang belum diguyur hujan, pesawat khusus akan dikerahkan untuk menyemai awan hujan menggunakan bahan natrium klorida (NaCl) saat awan tersebut masih berada di atas lautan atau perairan. Tujuannya adalah untuk “memeras” awan tersebut agar hujan jatuh di laut sebelum mencapai daratan yang rentan. Kedua, jika awan hujan tersebut sudah terlanjur berada di atas wilayah krusial seperti DKI Jakarta, tim akan menebarkan kapur tohor (CaO). Zat ini berfungsi untuk memecah kepadatan awan sehingga hujan yang turun tidak terkonsentrasi di satu titik dengan intensitas tinggi, melainkan lebih menyebar atau berkurang intensitasnya. Faisal mengklaim metode ini mampu mereduksi curah hujan hingga 20–50 persen.

Operasi ini bukan kerja tunggal BMKG, melainkan hasil kolaborasi erat dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) yang menyediakan armada pesawat. Presiden Prabowo Subianto sendiri telah memberikan instruksi tegas kepada seluruh jajaran terkait untuk memperhatikan peringatan dini ini dengan serius, mengingat keselamatan masyarakat dan kelancaran distribusi logistik serta mobilitas warga selama liburan adalah prioritas utama. Dengan operasi ini, diharapkan risiko bencana dapat ditekan seminimal mungkin, sehingga masyarakat dapat menjalani momen akhir tahun dengan lebih aman dan tenang.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *