Connect with us

Education

Respons Cepat Kemendikdasmen: Kucurkan Rp 13,3 Miliar untuk Pulihkan Pendidikan Pasca-Bencana di Sumatera

Published

on

Semarang(Usmnews)– Dikutip dari kompas.com Bencana banjir dan tanah longsor yang menerjang tiga provinsi di Pulau Sumatera, yakni Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar), tidak hanya melumpuhkan aktivitas ekonomi warga, tetapi juga memberikan pukulan telak bagi sektor pendidikan. Menanggapi situasi darurat ini, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bergerak cepat dengan mengalokasikan dana bantuan sebesar Rp 13,3 miliar. Langkah strategis ini diambil untuk memastikan proses pemulihan kegiatan belajar mengajar dapat segera dilakukan di wilayah-wilayah terdampak.‎‎

Fokus Bantuan: Dari Fisik hingga Psikologis Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, menyampaikan rasa belasungkawa yang mendalam atas musibah yang menimpa masyarakat di ketiga provinsi tersebut. Dalam keterangannya yang dikutip dari laman Puslapdik pada Rabu (3/12/2025), Abdul Mu’ti menegaskan bahwa pemerintah tidak tinggal diam. Dana belasan miliar rupiah yang disiapkan akan difokuskan pada pemulihan sarana pendidikan yang rusak parah.

‎‎Namun, bantuan tidak hanya berhenti pada anggaran negara. Kemendikdasmen juga membuka pintu solidaritas publik dengan menghimpun dana tambahan melalui Unit Pengumpul Zakat Badan Amil Zakat Nasional (UPZ Baznas) di lingkungan kementerian. Hal ini bertujuan memfasilitasi masyarakat luas yang ingin bergotong-royong membantu saudara-saudara mereka yang sedang tertimpa musibah.‎‎

Selain perbaikan infrastruktur, fokus utama kementerian saat ini adalah keselamatan dan kesehatan mental siswa. Kemendikdasmen tengah menyiapkan layanan pendampingan psikososial (trauma healing) bagi para siswa dan guru yang menjadi korban, serta mendistribusikan perlengkapan sekolah agar anak-anak bisa kembali belajar meskipun dalam kondisi terbatas.‎‎

Tantangan Lapangan dan Pendataan Kerusakan Proses penyaluran bantuan menghadapi tantangan tersendiri mengingat akses menuju beberapa lokasi bencana masih terputus atau sulit dilalui. Menyiasati hal ini, Kemendikdasmen terus menjalin komunikasi intensif dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di daerah. Tujuannya adalah untuk memetakan kebutuhan riil di lapangan dan mendapatkan data kerusakan yang akurat. Data ini krusial untuk menentukan langkah strategis selanjutnya, termasuk rencana memasukkan sekolah-sekolah yang rusak berat ke dalam program prioritas Bantuan Revitalisasi Satuan Pendidikan pada tahun anggaran mendatang.‎‎

Rincian Kerusakan Satuan Pendidikan Berdasarkan data awal yang dihimpun Kemendikdasmen hingga Minggu (30/11/2025), ribuan siswa terancam kehilangan tempat belajar. Kerusakan tercatat merata di berbagai jenjang, dengan Sekolah Dasar (SD) menjadi institusi yang paling banyak terdampak. Berikut adalah rincian kerusakan infrastruktur pendidikan di tiga provinsi:

‎‎Provinsi Sumatera Utara (385 Sekolah Rusak) Wilayah ini mencatat angka kerusakan tertinggi. Kerusakan didominasi oleh jenjang SD sebanyak 199 sekolah, disusul SMP (92), PAUD (76), SMA (11), SMK (6), dan SLB (1).‎‎

Provinsi Sumatera Barat (314 Sekolah Rusak) Di Sumbar, kerusakan juga sangat signifikan dengan rincian: SMP (71), SD (63), PAUD (51), SMA (20), SLB (8), dan SMK (1). Angka ini menunjukkan dampak luas pada pendidikan dasar dan menengah pertama.‎‎

Provinsi Aceh (310 Sekolah Rusak) Provinsi Aceh mencatat kerusakan pada 91 SD, 65 SMA, 55 SMP, 57 PAUD, 34 SMK, 7 SLB, serta 1 PKBM/SKB.

‎‎Abdul Mu’ti mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersatu dan bergotong-royong. Baginya, pemulihan pendidikan adalah kunci agar masa depan anak-anak di wilayah bencana tidak ikut hanyut terbawa arus banjir. Dengan data yang akurat dan kerjasama lintas sektor, diharapkan wajah pendidikan di Aceh, Sumut, dan Sumbar dapat segera bangkit kembali.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *