Nasional
Disdikbud Jateng Putuskan Kembali ke Sistem Enam Hari Sekolah bagi SMA/SMK Semester Depan

Semarang (usmnews) – Dikutip dari Jawapos Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jawa Tengah secara resmi telah mematangkan rencana untuk mengubah kembali sistem kegiatan belajar mengajar (KBM) pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Mulai semester mendatang, sekolah-sekolah di tingkat tersebut dipastikan akan kembali menerapkan sistem enam hari sekolah. Kebijakan ini merupakan respons strategis pemerintah provinsi atas evaluasi mendalam terhadap pelaksanaan sistem lima hari sekolah (full day school) yang selama ini berjalan. Prioritas Kesehatan Fisik dan Mental SiswaAlasan fundamental di balik perubahan kebijakan ini berpusat pada kesejahteraan siswa.
Evaluasi lapangan menunjukkan bahwa durasi belajar yang sangat panjang dalam sistem lima hari—yang bisa mencapai 10 jam per hari—telah memicu tingkat kelelahan fisik dan mental yang signifikan di kalangan pelajar. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah V Jawa Tengah, Agung Wijayanto, menyoroti bahwa beban waktu tersebut dinilai terlalu berat bagi anak-anak. Dengan durasi yang begitu panjang, fokus dan stamina siswa sering kali terkuras habis sebelum hari berakhir. Oleh karena itu, transisi kembali ke enam hari sekolah dipandang sebagai solusi paling manusiawi untuk memulihkan keseimbangan hidup para siswa.Dampak Positif bagi Pengembangan DiriPerubahan ritme sekolah ini diproyeksikan akan memberikan ruang napas yang lebih lega bagi para pelajar. Dengan jam pulang sekolah yang lebih awal setiap harinya, siswa memiliki kesempatan yang lebih luas untuk mengeksplorasi kegiatan di luar akademik formal.

Agung menambahkan bahwa waktu luang di sore hari dapat dimanfaatkan kembali untuk kegiatan positif yang sempat tergerus oleh sistem full day school, seperti mengaji di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, hingga mengembangkan bakat dan minat non-akademik lainnya. Hal ini diharapkan dapat membentuk karakter siswa yang lebih utuh, tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga terampil secara sosial dan spiritual. Strategi Redistribusi Guru dan Tenaga PendidikGuna mendukung kelancaran kebijakan baru ini, Kepala Disdikbud Provinsi Jawa Tengah, Sadimin, mengungkapkan bahwa pihaknya telah menyiapkan langkah antisipatif berupa penataan ulang penempatan guru.
Strategi ini melibatkan pemindahtugasan tenaga pendidik agar lokasi mengajar mereka lebih dekat dengan domisili atau tempat tinggal masing-masing.Langkah efisiensi jarak ini bukan sekadar teknis administratif, melainkan sebuah ikhtiar untuk menjaga performa dan stamina para guru. Dengan memangkas waktu perjalanan, diharapkan para pendidik dapat mengajar dengan kondisi yang lebih prima saat menghadapi sistem enam hari kerja. Meskipun demikian, proses pemerataan ini diakui masih menghadapi tantangan, mengingat adanya ketidakseimbangan antara ketersediaan formasi di sekolah tujuan dengan jumlah personel guru yang ada. Koordinasi intensif terus dilakukan untuk meminimalisasi kendala teknis tersebut. Kesiapan dan Adaptasi SekolahDi tingkat satuan pendidikan, wacana ini disambut dengan sikap kooperatif.
Kepala SMKN 3 Solo, Hendrina Widiastuty, menyatakan kesiapannya untuk mematuhi regulasi provinsi. Ia mengakui bahwa setiap kebijakan, baik lima hari maupun enam hari sekolah, pasti memiliki sisi positif dan negatif. Tantangan utama ke depan adalah proses adaptasi atau pembiasaan kembali (habituation). Sekolah perlu melakukan sosialisasi intensif kepada seluruh warga sekolah, terutama orang tua siswa, mengenai perubahan jam pulang dan penyesuaian jadwal kerja guru. Hendrina berharap seluruh elemen sekolah dapat menerima kebijakan ini dengan bijak, mengingat tujuannya adalah untuk kebaikan bersama. Penyesuaian tata tertib dan pendampingan akan menjadi kunci suksesnya transisi sistem ini pada semester mendatang.







