Nasional
Demi Kejar Target Lifting, Menteri ESDM Bahlil Akui “Doa Lifting” Jadi Rutinitas Malam

Jakarta (usmnews) – Dikutip dari Kompas.com Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyoroti fokus utamanya dalam mengawasi kinerja produksi minyak nasional atau yang dikenal dengan istilah lifting. Ia menekankan keseriusan dan tekanan yang dihadapinya dalam memenuhi target tersebut, bahkan menggunakan anekdot personal untuk menggambarkannya.
Dalam rapat kerja yang berlangsung dengan Komisi VII DPR RI pada hari Selasa (11/11/2025), Bahlil berkelakar bahwa dirinya kini memiliki rutinitas khusus sebelum tidur. Ia mengaku selalu menyertakan “doa lifting” sebagai penutup doanya setiap malam. Candaan ini ia sampaikan untuk menggarisbawahi betapa krusialnya pencapaian target lifting bagi kementerian yang dipimpinnya.

Bahlil menegaskan bahwa target lifting yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bukan sekadar angka, melainkan telah menjadi Indikator Kinerja Utama (KPI) personalnya yang dipantau langsung oleh Presiden. “Bagi saya, KPI saya yang dipegang oleh Bapak Presiden adalah apa yang ditargetkan dalam APBN,” ujar Bahlil, mengindikasikan bahwa keberhasilan di sektor ini menjadi tolok ukur utama kinerjanya.
Ia mengakui bahwa upaya untuk meningkatkan produksi minyak bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Tantangan struktural utama yang dihadapi Indonesia adalah usia sumur-sumur migas yang ada. Bahlil menjelaskan bahwa sebagian besar sumur produksi di tanah air sudah tergolong tua (mature) dan secara alamiah cenderung mengalami penurunan laju produksi seiring waktu.
Meskipun dihadapkan pada tantangan berat tersebut, Bahlil menyampaikan kabar baik. Ia menyebut bahwa capaian lifting hingga saat ini di tahun 2025 telah berhasil menyentuh target yang ditetapkan dalam APBN. “Sekalipun kenaikannya tidak signifikan, tapi kita hari ini sudah mencapai target APBN,” katanya. Ia merinci bahwa angka produksi minyak nasional saat ini telah mencapai 605.800 barel per hari.
Lebih lanjut, Bahlil memaparkan strategi pemerintah untuk menjaga pasokan di masa depan. Upaya ini mencakup dua pilar utama: terus berupaya menemukan cadangan minyak baru melalui eksplorasi, serta mengoptimalkan produksi dari sumur-sumur lama yang masih berpotensi.

Namun, ia menggarisbawahi bahwa optimalisasi sumur tua membutuhkan investasi dan teknologi tambahan. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberikan dukungan lebih lanjut dan insentif tambahan bagi para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Insentif yang ia sebut sebagai “sweetener” atau pemanis ini diharapkan dapat mendorong KKKS agar mau melakukan ekspansi dan akselerasi yang dibutuhkan untuk mempertahankan, atau bahkan meningkatkan, produksi dari sumur-sumur yang semakin tua.
Di samping isu produksi, Bahlil juga melaporkan kontribusi signifikan sektor migas terhadap keuangan negara. Ia mengungkapkan bahwa setoran penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor migas telah menembus angka Rp 200,66 triliun. Realisasi ini setara dengan 78,74 persen dari target total dalam APBN.
Menurutnya, capaian PNBP ini menjadi bukti nyata bahwa sektor migas masih memegang peranan yang sangat strategis dalam menopang pendapatan negara.







