Connect with us

International

Iran Tolak Keras Tuduhan NATO: Sebut Anggota Aliansi Justru Pelanggar Hukum Internasional

Published

on

Teheran (usmnews) – Juru Bicara (Jubir) Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, secara tegas menolak tuduhan terbaru yang dilontarkan oleh Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte. Tuduhan tersebut, yang disampaikan pada hari Senin (10/11), menuduh Republik Islam Iran dan Rusia berkolaborasi dengan tujuan bersama untuk merusak dan melemahkan tatanan serta aturan internasional yang berlaku.

Dalam konferensi pers mingguan yang diadakan di Teheran, Jubir Baghaei memberikan tanggapan balik yang tajam terhadap pernyataan Kepala NATO tersebut. Ia mengklaim bahwa justru sebagian besar tindakan dan kebijakan yang dilakukan oleh negara-negara anggota NATO—sebuah aliansi militer utama yang dipimpin oleh AS—adalah cerminan dari hal-hal yang mereka tuduhkan kepada negara lain, termasuk Iran.

Baghaei menekankan perlunya melihat fakta-fakta historis dan kontemporer dengan objektif untuk menentukan pihak mana yang sesungguhnya telah melakukan pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dengan nada menantang, ia menyiratkan bahwa catatan kebijakan luar negeri dan tindakan militer anggota NATO sendirilah yang menunjukkan pola pelanggaran tersebut, bukan Iran.

Secara spesifik, Jubir Baghaei mengarahkan kritiknya tajam kepada Amerika Serikat (AS), yang ia sebut sebagai anggota NATO yang paling berpengaruh. Ia menyoroti contoh tindakan AS, termasuk pendudukan AS di Afghanistan selama dua dekade dan serangkaian “kejahatan” yang, menurutnya, dilakukan di negara Asia Selatan tersebut.

Menurut Baghaei, pendudukan Afghanistan dan operasi militer yang dilakukan oleh AS dan sekutunya di negara tersebut merupakan contoh nyata dari perilaku yang melanggar norma dan hukum internasional. Ia menambahkan bahwa sepanjang tahun terakhir, pelanggaran hukum internasional dan kebijakan yang mengabaikan norma-norma global oleh AS dan beberapa anggota NATO lainnya telah menjadi pola yang berulang dan konsisten. Kritik ini menyiratkan bahwa NATO, melalui tindakan anggotanya, telah menunjukkan sikap double standard dalam menerapkan hukum internasional.

Lebih lanjut, Jubir Kementerian Luar Negeri Iran itu dengan gamblang menyebut AS—pemimpin de facto NATO—sebagai “pengacau perdamaian dan keamanan internasional.” Pernyataan keras ini menggarisbawahi pandangan Iran bahwa kebijakan luar negeri agresif AS, yang sering didukung oleh NATO, adalah sumber utama ketidakstabilan global, bukan dugaan kolaborasi antara Iran dan Rusia.

Dalam kesimpulannya, Esmaeil Baghaei menegaskan bahwa pernyataan yang dilontarkan oleh Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, yang menuduh Iran bekerja sama dengan Rusia untuk melemahkan aturan global, hanyalah bentuk “proyeksi” dan “tuduhan yang tidak berdasar” terhadap Teheran.

Bagi Teheran, pernyataan dari Kepala NATO tersebut merupakan upaya untuk mengalihkan perhatian dari kebijakan kontroversial NATO sendiri dan untuk membenarkan tindakan blok tersebut di patanah internasional. Penolakan ini menandakan adanya ketegangan diplomatik yang berkelanjutan antara Iran dan aliansi militer Barat, di mana Teheran berupaya membela kedaulatan dan independensinya di tengah tekanan dan tuduhan dari negara-negara anggota NATO.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *