Connect with us

Nasional

anak anggota DPRD bandung barat ikut jadi korban keracunan MBG

Published

on

Jakarta (usmnews) di kutip dari CNN indonesia Anak Anggota DPRD Bandung Barat Ikut Jadi Korban Keracunan MBGInsiden keracunan massal yang menimpa ratusan pelajar di **SMPN 1 Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB)**, menyita perhatian publik secara luas.

Tragedi ini menjadi lebih personal ketika terungkap bahwa salah satu korbannya adalah anak dari anggota dewan setempat. Anak dari **Pipit Puspita Ahdiani**, anggota **Komisi II DPRD KBB** dari **Fraksi Golkar**, yang juga merupakan siswi kelas 8 di sekolah tersebut, turut merasakan dampak buruk dari mengonsumsi menu **Makanan Bergizi Gratis (MBG)** pada hari Selasa, 14 Oktober.Dalam keterangannya kepada awak media di Posko SMPN 1 Cisarua pada Selasa malam, Pipit Puspita Ahdiani membagikan kronologi yang dialami anaknya.

Ia menceritakan bahwa tidak ada tanda-tanda abnormal pada anaknya saat pulang sekolah pada siang hari. “Anak saya kelas 8 di SMP ini. Tadi siang masih sehat, pulang ke rumah juga biasa saja,” ujar Pipit, menggambarkan kondisi putrinya yang tampak normal dan bugar setelah jam pelajaran usai.Namun, ketenangan tersebut berubah menjadi kepanikan beberapa jam kemudian.

Sekitar **pukul 4 sore**, anaknya mulai merasakan gejala yang mengkhawatirkan. Gejala keracunan itu mendadak muncul, diawali dengan kondisi tubuh yang **lemas, pusing**, dan kemudian diikuti dengan **sakit perut** yang intens. Gejala ini serupa dengan yang dialami oleh mayoritas siswa korban lainnya, memicu kekhawatiran yang mendalam pada sang ibu.Melihat kondisi anaknya yang kian menurun, Pipit segera mengambil tindakan.

Ia memutuskan untuk membawa kembali putrinya ke lingkungan sekolah yang telah difungsikan sebagai posko darurat penanganan korban. Dari sana, putrinya segera **dirujuk ke RSUD Lembang** untuk mendapatkan perawatan medis yang lebih intensif dan observasi.

Kejadian ini menjadi cambukan keras bagi Pipit, yang juga adalah seorang pembuat kebijakan daerah, sekaligus menunjukkan betapa rentannya program tersebut terhadap masalah kualitas.Pipit menuturkan bahwa putrinya, yang biasanya tidak mengonsumsi menu MBG, pada hari kejadian mencoba memakan salah satu lauk pauk yang disediakan, yaitu **ayam**.

“Biasanya enggak pernah makan, tapi hari ini dia coba makan ayamnya saja,” jelasnya. Anehnya, menurut kesaksian putrinya, rasa ayam tersebut saat dimakan terasa **biasa saja dan tidak menimbulkan bau** yang mencurigakan. Gejala keracunan baru muncul beberapa jam setelahnya.

Detail ini mengindikasikan bahwa kontaminasi mungkin tidak langsung terdeteksi dari rasa atau bau makanan pada saat disajikan.Lebih lanjut, Pipit juga menyoroti bagaimana situasi di sekolah saat insiden ini terjadi. Menurutnya, tidak semua siswa sempat mengonsumsi makanan tersebut.

Ada sebagian siswa yang belum sempat menyantap menu MBG ketika pihak sekolah mengeluarkan **himbauan darurat untuk tidak mengonsumsi makanan** tersebut. Namun, tragedinya adalah, “Sebagian sudah terlanjur habis,” katanya. Hal ini memperjelas mengapa korban keracunan yang terdata tidak mencapai jumlah keseluruhan siswa yang menerima paket MBG, melainkan hanya mereka yang sempat atau sudah menghabiskan menu tersebut.

### Seruan Evaluasi Menyeluruh Terhadap Program MBGSebagai orang tua dan anggota legislatif, Pipit Puspita Ahdiani menekankan bahwa insiden keracunan massal ini harus menjadi **evaluasi mendesak dan menyeluruh** terhadap pelaksanaan program MBG di lapangan.

Ia mengakui bahwa secara prinsip, ia mendukung program ini karena tujuannya baik untuk peningkatan gizi anak-anak sekolah. Namun, pengalaman pahit yang menimpa anaknya sendiri telah mengubah perspektifnya.

“Sebagai orang tua, saya mendukung program ini karena baik untuk gizi anak-anak. Tapi setelah kejadian ini, pemerintah perlu lebih memperhatikan aspek kesehatan dan kualitas makanannya,” tegasnya. Pipit secara khusus menyoroti masalah pengadaan dan distribusi makanan dalam jumlah besar.

“Apalagi **satu dapur bisa melayani sampai 3.000 porsi**, tentu itu kurang maksimal,” ujarnya, mengindikasikan bahwa kapasitas produksi yang sangat besar berpotensi mengorbankan standar kebersihan dan kualitas makanan.Pipit menutup pernyataannya dengan menegaskan komitmennya di parlemen daerah. Ia menyatakan, “Ini harus jadi evaluasi bersama, termasuk untuk kami di DPRD.

” Meskipun program MBG adalah **kebijakan langsung dari Presiden**, ia berjanji akan terus **mengawal pelaksanaannya** agar lebih terjamin **keamanan dan kualitasnya** di tingkat daerah.Secara total, insiden keracunan ini telah menyerang setidaknya **132 anak** di SMPN 1 Cisarua setelah mereka menyantap menu Makan Bergizi Gratis pada hari itu, menuntut perhatian serius dari semua pihak terkait.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *