Business
Kosongnya Stok BBM Mengakibatkan Pegawai SPBU Terpaksa Menjual Donat Dan Kopi

Tangerang Selatan (usmnews) – Dikutip dari Kompas. Sebuah pemandangan tak biasa terlihat di depan sebuah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) swasta di Ciputat, Tangerang Selatan. Alih-alih deretan kendaraan yang mengantre untuk mengisi bahan bakar, dua meja sederhana dengan tumpukan botol kopi dan wadah donat kini menyambut para pengendara. Para petugas berseragam SPBU yang biasanya sigap melayani kini berdiri di pinggir jalan, menawarkan aneka makanan dan minuman kepada warga yang melintas.
Kondisi ini merupakan respons langsung dari kosongnya pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM), sebuah situasi yang membuat para karyawan SPBU Shell Ciputat merasa gelisah. Seorang petugas bernama Arif (bukan nama sebenarnya) menceritakan bagaimana mereka harus memutar otak mencari cara lain untuk mendapatkan pemasukan. “Karena bensin yang dijual sudah tidak ada lagi, jadi kami kuatin (jual produk) di makanan dan minuman,” ungkap Arif.

Awalnya, mereka mencoba menaruh beberapa botol minuman di bagian dalam SPBU, namun hasilnya tidak efektif karena kurang terlihat oleh pengendara. Mereka akhirnya memutuskan untuk memindahkan meja dagangan ke bagian depan, lengkap dengan buku menu sederhana agar lebih mudah dilirik. Langkah ini membuahkan hasil. “Lumayan ada yang beli,” ujar Arif. Berbagai produk kini mereka tawarkan, mulai dari kopi, minuman cokelat, matcha, hingga camilan seperti donat, siomay, dan odeng, semua disajikan untuk memberikan pilihan yang menarik bagi pelanggan.

Strategi ini tidak hanya menjadi cara bertahan hidup, tetapi juga mendapat sambutan hangat dari warga. Sejumlah pengendara yang awalnya datang untuk mengisi bensin, tergerak untuk membeli kopi atau donat sebagai bentuk dukungan. Ada pula yang sengaja putar balik setelah melihat para petugas tersebut berjualan. Kisah ini menjadi cerminan dari semangat adaptasi dan kreativitas para pekerja dalam menghadapi tantangan ekonomi. Mereka membuktikan bahwa dengan inisiatif dan kerja keras, kesulitan bisa diubah menjadi peluang, bahkan jika itu berarti banting setir dari profesi utama mereka.
Fenomena ini mengingatkan kita bahwa di tengah krisis, seringkali muncul inovasi tak terduga yang didorong oleh kebutuhan untuk bertahan hidup. Ini bukan hanya tentang menjual kopi, tetapi tentang semangat pantang menyerah.