Connect with us

Education

Dinosaurus Berlapis Duri Ini Ubah Sejarah Evolusi

Published

on

Jakarta (usmnews) – Fosil dinosaurus bernama Spicomellus afer menggemparkan dunia sains. Fosil hewan purba ini ternyata punya pelindung tubuh berupa duri-duri raksasa. Bahkan, ada yang panjangnya lebih dari 80 cm.

Penemuan ini membuat ilmuwan menulis ulang evolusi kelompok dinosaurus berduri Ankylosaurus karena ternyata pertahanan tubuh super rumit ini muncul jauh lebih awal dari dugaan.

Fosil Unik Bikin Bingung

Mulanya pada 2019, ahli paleontologi Prof Susannah Maidment memperoleh fosil tulang rusuk berduri dari seorang pedagang fosil di Cambridge, Inggris. Yang bikin geger, duri tersebut menempel langsung pada tulang.

Kondisi ini merupakan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya dalam dunia hewan, termasuk Ankylosaurus.

Ankylosaurus punya lempeng tulang di kulit, sedangkan Spicomellus afer di tulang rusuk.

Beberapa tulang pelindung punggung Ankylosaurus berbentuk lempengan pipih besar di punggung. Sedangkan beberapa lainnya tumbuh mencuat berbentuk duri, seperti halnya yang tampak pada fosil S. afer.

Susannah menyebut hewan ini unik dan mempertanyakan cara ia bergerak (NHM, 2/9/2025).

“Normalnya, tulang seperti tulang rusuk berfungsi sebagai tempat melekatnya otot, tapi karena duri ini, susah untuk memastikan di mana ototnya,” imbuh peneliti senior di NHM ini.

Tim peneliti kemudian memberi nama ilmiah Spicomellus afer untuk spesies ini. Asal-usul fosil ini terungkap setelah ekspedisi Inggris, Amerika, dan Maroko di Boulemane menemukan kerangka lengkap dengan tubuh penuh duri.

Penting untuk Dunia Sains

Penemuan Spicomellus tidak hanya mengubah sejarah evolusi dinosaurus lapis duri, tetapi juga menegaskan betapa pentingnya fosil Afrika untuk ilmu paleontologi.

“Maroko punya latar yang kuat dalam bidang geologi klasik, tetapi penemuan seperti ini menunjukkan pentingnya paleontologi. Kami belum pernah melihat dinosaurus seperti ini sebelumnya, dan potensi wilayah ini masih besar,” kata penulis studi Prof Driss Ouarhach dari Université Sidi Mohamed Ben Abdellah.

Susannah CR Maidment dkk. mempublikasikan temuan ini di Nature pada 27 Agustus 2025.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *