Nasional
7 santri ponpes AI konzinya sidoarjo kejebak reruntuhan
Sidoarjo (usmnews) di kutip dari – detikjatim Tragedi Musala Ambruk di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo dan Upaya Penyelamatan DramatisTragedi memilukan melanda Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, setelah musala di asrama putra ambruk saat puluhan hingga ratusan santri sedang menunaikan salat Asar berjemaah pada hari Senin.
Insiden yang dikategorikan oleh BNPB sebagai bencana kegagalan teknologi ini disebabkan oleh dugaan kelemahan pondasi yang tak mampu menahan beban proses pengecoran lantai empat yang baru saja dilakukan pada pagi harinya. Akibatnya, bangunan yang sedang dalam tahap pembangunan tersebut runtuh hingga ke lantai dasar sekitar pukul 15.00 WIB.
Data dari Kantor SAR Surabaya menunjukkan bahwa secara keseluruhan, 102 santri terdampak oleh insiden ini, di mana 99 orang berhasil diselamatkan segera setelah kejadian. Namun, hingga Selasa siang, proses evakuasi masih berlanjut secara intensif memasuki hari kedua, berfokus pada penyelamatan santri yang masih terperangkap di bawah reruntuhan.Fokus Penyelamatan pada Tujuh Santri yang TerjebakPada Selasa siang, tim SAR gabungan berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan tujuh santri yang masih terjebak di bawah puing-puing bangunan.
Kabar baiknya, seluruh santri yang terjebak ini terdeteksi masih hidup dan bahkan masih bisa menjalin komunikasi dengan tim penyelamat. Sekdaprov Jatim, Adhy Karyono, menjelaskan bahwa korban yang masih hidup terdeteksi di tiga lokasi berbeda: satu orang di sektor belakang, satu orang di bagian tengah, dan lima orang di sisi kanan reruntuhan.Untuk memastikan kondisi korban tetap stabil selama proses evakuasi yang rumit, tim SAR secara berkala menyalurkan makanan, minuman, dan oksigen ke lokasi di mana para santri terdeteksi.
Proses penyelamatan ini dilakukan dengan sangat hati-hati dan tanpa menggunakan alat berat seperti ekskavator. Keputusan ini diambil untuk menghindari getaran yang ditimbulkan oleh alat berat, yang dikhawatirkan justru akan memperburuk kondisi reruntuhan dan menimbulkan risiko yang lebih besar, baik bagi korban maupun petugas evakuasi. Fokus utama saat ini adalah operasi penyelamatan yang teliti dan manual untuk menjamin keselamatan.
Korban Jiwa dalam Tragedi Runtuhnya MusalaSayangnya, di tengah upaya penyelamatan yang gigih, tragedi ini telah merenggut tiga korban jiwa. Dua korban, yaitu Mochammad Mashudul Haq (14 tahun) dari Surabaya dan Muhammad Soleh (22 tahun) dari Bangka Belitung, meninggal dunia saat menjalani perawatan di RSUD dr R.T. Notopuro Sidoarjo.
Satu korban meninggal lainnya dilaporkan di RSI Siti Hajar.Kisah pilu dialami oleh almarhum Muhammad Soleh, seorang santri dan mahasiswa semester lima di kampus pesantren tersebut. Menurut Direktur Utama RSUD Sidoarjo, Atok Irawan, Soleh menderita luka parah akibat himpitan di bagian bawah tubuh.
Kondisinya yang sangat kritis bahkan mengharuskannya menjalani amputasi di lokasi kejadian sebagai upaya darurat untuk menyelamatkan nyawanya, meskipun pada akhirnya ia meninggal dunia saat dirujuk ke RSUD Sidoarjo.Sorotan terhadap Standar Keselamatan KonstruksiPeristiwa ambruknya musala ini menjadi sorotan tajam, terutama terkait dengan standar keselamatan konstruksi.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menegaskan bahwa penyebab utama ambruknya adalah kelemahan pondasi yang tidak mampu menopang beban pengecoran lantai empat. Kejadian ini menjadi pengingat penting akan perlunya penerapan standar keselamatan konstruksi secara ketat dalam setiap pembangunan.
Muhari menekankan bahwa pengawasan dan kepatuhan terhadap standar keamanan adalah kunci untuk mencegah terulangnya tragedi serupa di masa depan. Upaya evakuasi terus dilanjutkan dengan harapan penuh agar tujuh santri yang masih terjebak dapat segera ditemukan dalam kondisi selamat.